Dalam era digital ini, aktivitas berbagi di media sosial telah menjadi sebuah fenomena yang mendominasi kehidupan sehari-hari. Tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas individu cenderung untuk membagikan momen-momen mereka secara online. Namun, pertanyaannya adalah mengapa hal ini menjadi begitu penting bagi banyak orang? Mengapa rasanya kurang lengkap jika suatu kegiatan tidak di-share untuk dilihat dan diperhatikan oleh banyak orang?
Teori Masyarakat Tontonan, yang diperkenalkan oleh Guy Debord dalam bukunya yang terkenal, “The Society of the Spectacle” pada tahun 1967, memberikan wawasan yang mendalam tentang fenomena ini. Debord menggambarkan perubahan mendasar dalam kehidupan sosial masyarakat modern, di mana proses produksi dari eksistensi (being) menuju kepemilikan (having) telah berubah menjadi representasi belaka.
Awalnya, tujuan dari proses produksi adalah untuk menciptakan barang yang ada dalam dunia nyata. Namun, dengan berjalannya waktu, fokus beralih ke kepemilikan, di mana konsumsi barang menjadi penanda status dan identitas seseorang. Namun, dalam konteks masyarakat modern, hal ini telah berkembang lebih jauh lagi. Representasi diri melalui media sosial menjadi lebih penting daripada keberadaan fisik atau kepemilikan. Fenomena ini menggambarkan lahirnya apa yang Debord sebut sebagai “Masyarakat Tontonan” atau “Society of Spectacle”.
Dalam Masyarakat Tontonan, individu tidak hanya mengalami kegiatan atau pengalaman secara langsung, tetapi lebih memperhatikan dokumentasi dan representasi visual dari pengalaman tersebut. Aktivitas sehari-hari menjadi bagian dari narasi yang dimaksudkan untuk dikonsumsi oleh orang lain. Dalam hal ini, tidaklah penting seberapa substansial suatu kegiatan, melainkan seberapa menarik dokumentasinya untuk dibagikan di media sosial.
Kegiatan sehari-hari menjadi kurang tentang pengalaman nyata dan lebih tentang bagaimana pengalaman tersebut dapat direpresentasikan secara visual untuk konsumsi publik. Dalam dunia yang didominasi oleh media sosial, individu secara aktif mengubah pengalaman mereka menjadi konten yang dapat dipertontonkan dan dinikmati oleh orang lain. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan pergeseran nilai dalam masyarakat modern, tetapi juga menyoroti kompleksitas hubungan antara realitas dan representasi dalam era digital yang semakin maju.
Dengan mengacu pada konsep-konsep yang diperkenalkan oleh Debord, kita dapat memahami lebih dalam mengapa berbagi aktivitas di media sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Hal ini menggambarkan bagaimana masyarakat kita telah berubah dari sebuah masyarakat yang memiliki menjadi sebuah masyarakat yang lebih mengutamakan citra dan representasi diri.
Dr. Dede Syarif, Dosen Sosiologi UIN Bandung dan founder @perspektif_sosiologi